Romantisme Sejarah di Kota Bogor: Menyusuri Jejak Masa Lalu Bersama Om Pinot


Mengikuti kegiatan JAPAS pada Ahad pagi, 17 Juni 2024, bersama Om Pinot adalah pengalaman yang tak terlupakan. Setiap rute yang dilewati dan lokasi bersejarah yang dikunjungi memberikan edukasi serta menambah pengetahuan baru, "mengubah yang tidak tahu, menjadi tahu". Ternyata, Bogor sangat kaya akan sejarah yang menyimpan sejuta cerita untuk digali dan dinikmati. "Kira-kira seperti itulah seloroh dari kesan para peserta".

Setelah menyusuri Jalan Sumeru yang bersejarah, mengagumi lonceng di bekas Hetkrankzinnigengestich yang berdiri sejak 1882 dan gardu listrik peninggalan Belanda. Perjalanan kami bersama Om Pinot tidak berhenti di situ. Kami melanjutkan langkah kaki menuju salah satu lapangan golf tertua di Indonesia, yaitu RSJMM Heritage Golf Field. Lapangan golf ini adalah yang tertua kedua di Indonesia setelah Lapangan Golf Rawa Mangun. Menariknya, lapangan golf ini masih menjadi bagian dari Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, menambah dimensi sejarah yang unik. Kami terpesona oleh keindahan alam yang tersembunyi di tengah hiruk pikuk kota Bogor. Dengan hamparan padang rumput hijau dan latar belakang Gunung Salak yang megah, lapangan ini memang seperti taman surga yang tersembunyi.

Menurut cerita Om Pinot, lapangan golf ini dulunya dikenal dengan nama Bogor Golf. Tapi berdasarkan berbagai sumber, lapangan ini konon sudah ada sejak tahun 1813 dan didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa itu, kerajaan Inggris sempat mengambil alih pemerintahan di bawah kendali Sir Thomas Stamford Raffles, yang juga dikenal sebagai pendiri kota Singapura dan pengembang Kebun Raya Bogor. Salah satu kontribusi besarnya adalah bukunya yang terkenal, "The History of Java", yang menjadi salah satu catatan penting tentang sejarah dan budaya Jawa.

Pada masa pendudukan Jepang, lapangan ini pernah digunakan sebagai tempat latihan perang. Empat tahun sebelum tentara Jepang mendarat di Indonesia, lapangan ini resmi dinamai Buitenzorgsche Golf Club pada 27 Juni 1938 oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah Republik Indonesia meresmikan kembali lapangan golf ini pada tahun 1947. Bupati Bogor saat itu, Bapak Wisaksono Wirjodihardjo, menandai peresmiannya dengan mengayunkan stik golf dan memukul bola sejauh mata memandang, simbol dari awal baru dalam sejarah lapangan ini dengan semangat nasionalisme.


Setelah menikmati sejarah lapangan golf, kami melanjutkan perjalanan melintasi aliran Sungai Cidepit yang dipisahkan oleh sebuah jembatan indah di gerbang lapangan golf. Romantisme masa lalu semakin terasa ketika kami menyusuri lorong-lorong sempit di tengah himpitan penduduk. Kami kemudian menuju jembatan tua yang melintasi Sungai Cisadane, sebuah struktur bersejarah yang menyimpan banyak kenangan.

Perjalanan kami mencapai puncaknya ketika kami mengunjungi punden berundak di Gunung Batu dan makam-makam pusara para tokoh terkemuka. Di antara makam-makam tersebut, terdapat dua cucu Pangeran Diponegoro dan Marah Roesli, seorang sastrawan besar Indonesia. Mengunjungi makam para tokoh ini memberikan kita penghormatan dan refleksi tentang jasa-jasa mereka dalam sejarah bangsa.

Om Pinot dengan penuh antusias membawa kami menikmati indahnya pagi dengan berjalan sehat sambil menyelami sejarah panjang Kota Bogor. Setiap langkah kami menguak lembaran baru tentang romantisme masa lalu yang penuh dengan keindahan dan keanggunan. Terima kasih kepada Om Pinot, kami dapat merasakan dan memahami lebih dalam sejarah berharga dari kota yang menyimpan sejuta kisah ini. Kota Bogor, dengan segala keindahan dan sejarahnya, terus memikat hati dan menyimpan cerita-cerita yang tak akan terlupakan.

Abdullah Abubakar Batarfie

Posting Komentar untuk "Romantisme Sejarah di Kota Bogor: Menyusuri Jejak Masa Lalu Bersama Om Pinot"