Sholawat Dustur: Harmoni Seni Lisan dalam Budaya Betawi

 

Ilustrasi busana adat pengantin Betawi

Budaya Betawi, yang dikenal kaya dengan pengaruh ajaran Islam, menampilkan interaksi yang kuat dengan budaya Arab dalam kehidupan sehari-hari. Namun, akulturasi budaya dari berbagai etnis, terutama Tionghoa, juga turut mewarnai kebudayaan Betawi, khususnya di daerah pinggiran kota seperti Cokek dan Gambang Kromong. Misalnya, busana pengantin Betawi mencerminkan perpaduan dua budaya ini: pakaian pengantin pria dipengaruhi oleh budaya Arab, sedangkan pakaian pengantin wanita menunjukkan pengaruh budaya Tionghoa. Ini menciptakan harmoni yang indah dan unik dalam khazanah budaya Betawi.

Salah satu tradisi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Betawi adalah seni lisan pembacaan Sholawat Dustur. Tradisi ini berasal dari ajaran Islam yang dibawa dan dikembangkan oleh para pendakwah dari Semenanjung Arabia. Sholawat Dustur biasanya disenandungkan sebelum acara taklim berlangsung, yaitu majelis ilmu yang menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Acara taklim ini sering diadakan di masjid, mushola, atau bahkan dari rumah ke rumah.

Selain dalam acara taklim, Sholawat Dustur juga dibacakan saat kenduri, terutama dalam tradisi palang pintu. Palang pintu adalah salah satu upacara dalam pernikahan Betawi, di mana mempelai pria diarak dan "dihadang" sebelum prosesi ijab qabul dan dipersandingkan di "puade". Pembacaan Sholawat Dustur dalam acara ini menambah kesakralan dan keindahan prosesi pernikahan.

Sholawat Dustur sebagai seni lisan Betawi begitu merdu dan syahdu didengar. Konon, syair dan alunan nadanya yang khas ini dikarang oleh seorang ulama terkemuka Betawi, yaitu Datuk Abdul Mujib bin Sa’abah. Beliau adalah pengarang Sholawat Dustur dan Rawi Melayu Betawi. Melalui karya-karyanya, pengaruh Islam sangat terasa dalam kehidupan masyarakat Betawi yang sangat menghormati Nabi Muhammad SAW.

Kecintaan kepada Rasulullah SAW begitu dalam terpatri pada diri dan kehidupan masyarakat Betawi. Lewat ekspresi seni dan tradisi, kecintaan ini terwujud dalam Sholawat Dustur, yang menjadi simbol penghormatan dan cinta kepada Nabi. Tradisi ini bukan hanya sekedar seni lisan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang menjujung tinggi nilai-nilai Islam.

Pelestarian Sholawat Dustur sebagai seni lisan Betawi adalah upaya menjaga kekayaan budaya dan nilai-nilai agama yang terkandung di dalamnya. Generasi muda Betawi diharapkan dapat terus mengenal, mempelajari, dan melestarikan tradisi ini, sehingga warisan budaya Betawi tetap hidup dan terus berkembang.

Dengan demikian, Sholawat Dustur menjadi salah satu elemen yang memperkaya keragaman budaya Betawi, menciptakan harmoni yang indah antara tradisi dan ajaran Islam. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan kepada Nabi, tetapi juga menggambarkan kearifan lokal dan kebersamaan dalam masyarakat Betawi. Lewat Sholawat Dustur, nilai-nilai Islam dan budaya Betawi terus terjaga, mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat dengan keindahan dan kesakralan yang khas.

Abdullah Abubakar Batarfie


Sholawat Dustur dan Ngarak Penganten

https://youtu.be/vby62g5VfmQ?si=d1VRRMcZefFZus3m

Posting Komentar untuk "Sholawat Dustur: Harmoni Seni Lisan dalam Budaya Betawi"