Kampung Tibong: Jejak Pemakaman Tionghoa di Lolongok Empang


Pagi itu, Sabtu 13 Juli 2024, sinar matahari menyinari kawasan Kampung Empang yang dikenal sebagai Little Arab di Bogor. Sebuah kelompok beranggotakan 26 pegiat sejarah lintas usia dan komunitas berkumpul di sana, dipandu oleh Om Pinot dalam acara JAPAS (Jalan Pagi Sejarah). Mereka bersiap untuk menggali cerita-cerita sejarah yang terkubur oleh zaman dalam perjalanan yang akan membawa mereka ke 15 lokasi bersejarah di kawasan ini.

Destinasi keenam yang mereka kunjungi adalah Kampung Tibong, dipandu oleh Abdullah Abubakar Batarfie. Di kaki tebing yang membentang di bawah jalur kereta api Bogor-Sukabumi, terdapat sebuah kisah yang tersembunyi, penuh dengan misteri dan sejarah yang memikat. Kisah ini bermula dari sebuah pemakaman kuno warga Tionghoa yang dikenal sebagai Kampung Tibong atau Bong, yang terletak di Lolongok Empang. Dari Gang Solihin dekat Masjid Keramat Empang, Gang Madrasah, Gang Surya, hingga Gang Haji Abbas, nama-nama ini menjadi saksi bisu dari keberadaan area pemakaman yang telah lama menghilang.

Jalur rel kereta api yang melintasi kawasan Empang ini dahulunya, menurut buku "Sejarah Bogor Bagian 1" yang ditulis oleh Saleh Danasasmita dan diterbitkan pada tahun 1983, adalah bekas hamparan parit alam benteng dalam Keraton Pajajaran. Parit ini membentang sepanjang jalan Lolongok dan Layungsari hingga ke Batutulis. Di sini, pada pertengahan abad ke-18 atau awal periode 1800-an, berdiri sebuah pemakaman Tionghoa yang kini hanya meninggalkan sedikit jejak.

Dahulu, beberapa nisan kuno berbahasa Cina berserakan di area ini, menjadi penanda kehadiran leluhur Tionghoa yang pernah dimakamkan di sini. Namun, seiring berjalannya waktu, nisan-nisan itu raib, yang terakhir kali dibongkar dan dibawa oleh para pekerja galian pipa PDAM. Kini, tidak ada lagi bukti fisik yang bisa dilacak untuk menunjukkan bekas makam Tionghoa di Empang, kecuali nama Kampung Bong atau Tibong, yang terus mengingatkan kita akan sejarah yang terlupakan.

Keberadaan Bong ini menarik, karena jika dilihat dari arah Jembatan Bondongan, jaraknya tidak begitu jauh dari pecinan di Surken sekarang. Dahulu, area pemakaman ini berdekatan dengan lokasi pemakaman orang-orang Arab dan pribumi. Pemakaman Arab masih bertahan, sedangkan pemakaman pribumi kemudian direlokasi ke Dreded. Lokasi bekas pemakaman pribumi kini menjadi gedung kantor Kecamatan Bogor Selatan, SDN Layungsari, SDN Srikandi, dan rumah-rumah penduduk. Beberapa eks makam pribumi masih dapat kita jumpai, terpisah-pisah dari lokasi asalnya.

Melangkah di sepanjang jalan Lolongok, kita dapat merasakan jejak masa lalu yang masih menyelimuti daerah ini. Dari Gang Solihin, kita dapat melihat Masjid Keramat Empang yang megah, berdiri sebagai saksi bisu dari perjalanan waktu. Gang Madrasah dan Gang Surya, dengan jalan-jalan kecilnya, menyimpan cerita tentang kehidupan sehari-hari yang berlangsung di antara makam-makam kuno. Di Gang Haji Abbas, hiruk-pikuk kehidupan modern seolah tidak mampu menghapus jejak-jejak masa lalu yang masih terasa.

Bagi penduduk setempat, nama Kampung Tibong atau Bong bukan sekadar sebutan, melainkan sebuah warisan yang harus dijaga. Ia mengingatkan mereka akan keberadaan komunitas Tionghoa yang pernah hidup berdampingan dengan mereka, berbagi ruang dan waktu dalam harmoni. Meskipun nisan-nisan itu telah hilang, cerita tentang pemakaman Tionghoa di Lolongok Empang terus hidup dalam ingatan kolektif masyarakat.

Namun, sejarah tidak hanya berbicara tentang yang hilang, tetapi juga tentang yang bertahan. Masjid Keramat Empang, dengan arsitektur yang indah, menjadi pusat spiritual yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Kehadiran rel kereta api yang melintas di atas tebing Lolongok menambah keindahan pemandangan, seolah menjadi pengingat akan perjalanan panjang yang telah dilalui oleh daerah ini.



Ketika kita berjalan menyusuri Kampung Tibong, kita tidak hanya menapak jejak fisik, tetapi juga menyusuri lorong-lorong waktu yang penuh dengan cerita. Cerita tentang kehidupan, kematian, dan keabadian. Di setiap sudut jalan, di setiap gang sempit, dan di setiap rumah tua, ada bisikan-bisikan masa lalu yang menunggu untuk diceritakan kembali.

Kampung Tibong atau Bong, meski kini hanya tinggal nama, tetap menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah yang panjang dan berliku. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya mengenang masa lalu, menghargai keberagaman, dan menjaga warisan budaya yang kita miliki. Dalam setiap langkah yang kita ambil di Lolongok Empang, kita tidak hanya melangkah di atas tanah, tetapi juga menapak di atas jejak sejarah yang tak ternilai harganya.


Empang - Bogor, 13 Juli 2024

Abdullah Abubakar Batarfie


Posting Komentar untuk "Kampung Tibong: Jejak Pemakaman Tionghoa di Lolongok Empang"