Megenang Umi Ipop, Irsyadiyah yang Berdakwah Lewat Organisasi dan Pesantren
Ibu Faridah Afiff atau yang disapa akrab dengan panggilan Umi Ipop ini merupakan salah satu diantara aktivis Wanita Al-Irsyad yang gigih berdakwah lewat Organisasi dan Pesantren.
Sebagai sosok wanita muslimah yang terlahir dari keluarga irsyadi 24 karat ini, Umi Ipop yang lahir dari rahim seorang irsyadiyah pada tanggal 18 Januari 1933 di kota Cirebon, ibunya adalah aktivis dan juga pernah menjadi ketua cabang Wanita Al-Irsyad di kota itu, sejak pergerakan kaum irsyadiyah ini masih bernama Nahdatul Mu’minat atau yang kelak kemudian diubah namanya menjadi Al-Irsyad Bagian Isteri dalam kongresnya yang pertama di kota Surabaya pada 26 September 1939.
Dengan latar belakang ibundanya sebagai seorang irsyadiyah itulah, cita-citanya dalam dakwah guna menjernihkan ajaran Islam dari segala macam takhayul dan khurafat telah terpatri cukup kuat dalam dirinya untuk berdakwah hingga disepanjang hayatnya, terutama melalui lembaga pendidikan Islam yang dikemudian hari dirintisnya bersama sahabat-sahabat irsyadiyah seperjuangannya dalam wadah organisasi Wanita Al-Irsyad dengan mendirikan dan membuka Pesantren Puteri Al-Irsyad Al-Islamiyyah “Darul Marhamah”, yaitu Pondok Pesantren pertama di daerah Bogor, bahkan Jawa Barat yang dijadikan model pesantren wanita bertaraf internasional. Pesantren yang dirintisnya itu menjadi muara dakwahnya dalam melanjutan perjuangan Dakwah Al-Irsyad yang pernah dicita-citakan oleh pendirinya, Syaikh Ahmad Surkati.
Selain berdakwah dalam organisasi wanita Al-Irsyad, Umi Ipop juga pernah terlibat aktif dalam jalur politik Islam sebagai wadah perjuangannya di dalam mencita-citakan "Izzul Islam wal Muslimien” bersama Partai Politik Islam Masyumi. Di Masyumi inilah ia kemudian terpengaruhi oleh alam fikirannya Mohammad Natsir, tokoh intelektual muslim, politisi dan negarawan ternama yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Natsir yang bersahabat dekat dengan para pemuka Al-Irsyad termasuk dengan ayah dan kakeknya itu, bahkan pernah menginap di rumahnya dan dari sanalah Umi Ipop yang kala itu masih berusia 25 tahun, saling bertukar fikiran yang pada akhirnya turut mempengaruhi jalan hidup dan perjuangan dakwahnya kelak.
Syaikh Ahmad Surkati yang disebutkan oleh Mohammad Natsir sebagai sosok yang telah mempengaruhi jalan fikirannya itu, dari kedua orang tokoh itulah dapat dikatakan bahwa Umi Ipop banyak dipengaruhi oleh keduanya, sehingga membentuknya menjadi seorang pribadi muslimah yang cukup lengkap.
Dari sosok Umi Ipop inilah kita patut meneladani perjuangan dan amal sholehah yang telah dirintisnya, sikap menauladani sosoknya yang sepanjang hidupnya mengabdi dalam dakwah itu salah satunya adalah atas keberhasilan serta prestasinya dalam membangun serta mengembangkan Pondok Pesantren Puteri Al-Irsyad Al-Islamiyyah “Darul Marhamah” yang dirintisnya.
Meski dapat dikatakan Ia seorang diri dalam membangun pesantren tersebut, tapi segudang prestasinya atas keberhasilannya dalam bidang dakwah lewat organisasi dan pesantren ini telah diakui oleh banyak kalangan dan beberapa media, termasuk pernah dimuat dalam "Majalah Gontor" dan "Majalah Noor".
Dalam Majalah Gontor itu sosoknya disebut akan keikhlasan dan kegigihan Umi Ipop dalam mengembangkan pesantren ketika Ia harus merelakan menjual rumahnya untuk pengembangan pondok pesantren yang dirintisnya. Bahkan, ia pun harus rela menjual rumah satunya lagi untuk pembuatan jalan di depan pesantren yang menghubungkannya dengan masyarakat, jalan yang kelak memberinya kemudahan bagi Allahyarhamha melewati jembatan Shiratal Mustaqim yang menghubungkannya menuju tempatnya menetap yang abadi untuk selama-lamanya dalam jannah yang di huni oleh para syuhada.
Abdallah Abubakar Batarfie, _Ketua Pusat Dokumentasi & Kajian Al-Irsyad Bogor
Posting Komentar untuk "Megenang Umi Ipop, Irsyadiyah yang Berdakwah Lewat Organisasi dan Pesantren"
Posting Komentar