Ustadz Ja'far Balfas, tokoh dibalik lahirnya organ penting di Al-Irsyad cabang Bogor
al-Ustadz Ja'far bin Umar Balfas
"Al Irsyad harus Go Internasional!". Slogan itu sering terlontar meski terkesan hanya sebuah cita yang hal mustahil dapat terwujud. Tapi baginya, impian itu adalah buah pikiran dari semangatnya yang tak pernah padam dan ibarat mata air yang tak pernah surut, sebagai penanda serta ciri dari seorang tokoh yang sepanjang hayatnya hanya berjuang dan mengabdi untuk cita-cita demi masa keemasan Al-Irsyad yang gemilang.
Meski tokoh yang memiliki slogan ini bukan berkaliber nasional, tapi semangatnya layak kita sandingkan, bahkan bisa melampaui semangat yang tidak dimiliki oleh tokoh lainnya. Beliau adalah Allahyarhamuh ustadz Ja'far bin Umar Balfas, nama yang tidak akan bisa dipisahkan dari Al-Irsyad.
Ibarat amsal yang pernah dinisbahkan oleh H.Hussein Badjerei kepada Syaikh Ahmad Surkati pendiri Al-Irsyad, "Al-Irsyad adalah Surkati, Surkati adalah Al-Irsyad". Maka luapan serupa dapat dinisbahkan kepadanya.
Di akhir masa senjanya, meski tidak lagi lantang saat selagi muda. Beliau masih mampu bercerita lancar dalam ingatan yang sangat kuat, menuturkan jalan panjang perjuangan para pengabdi sahabat-sahabat seperjuangannya, yang semasa hidup mereka hanya didedikasikan untuk berdakwah.
Bersama dengan para pengabdi itulah, yang ia telah tuturkan kisahnya, al-Ustadz Ja'far bin Umar Balfas tercatat sebagai inisiator lahirnya organ-organ penting dalam Perhimpunan Al-Irsyad di kota Bogor. Satu diantaranya adalah pembentukan Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Ustadz Ja'far Balfas (berdiri tengah)
bersama Pandu Al-Irsyad
Kader Al-Irsyad yang sudah tertempa sejak masih dibangku sekolah Al-Irsyad Bogor, berkat didikan assabiquna awwalun dan merupakan benih yang tumbuh dan berkembang lewat Hizbul Irsyad Padvenderij ini. Karir dan pengabdiannya untuk Al-Irsyad cabang Bogor, sudah dimulainya sejak ia berkiprah dan duduk sebagai "Idarah" pada tahun 1939. Saat itu usianya masih terbilang sangat muda, tapi tanpa merasa rikuh sudah duduk bersama dengan para senior, guru dan tokoh yang usianya jauh melampoui usia seangkatannya.
Sebagai seorang pribadi yang tekun serta berkemauan keras dalam menggapai cita-citanya, putera kedua dari Umar bin Muhammad Balfas yang dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1925 di Jakarta ini, untuk pertama kalinya duduk dalam kepengurusan Al-Irsyad cabang Bogor sebagai anggota fungsional, yang kala itu kepengurusannya masih didominasi oleh para pendiri awal dari kalangan tua atau "wulaiti" (sebuah istilah untuk penyebutan totok hadrami).
Ayahanya Umar bin Muhammad Balfas, adalah wulaiti kelahiran Hadramaut, diantara banyak tokoh para pemuka Arab di Batavia pendukung lahirnya Al-Irsyad Al-Islamiyyah, yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Surkati pada 6 September 1914.
Kemampuan kefasihannya dalam berbahasa arab menjadikannya cepat dengan mudah berinteraksi dan banyak disukai oleh kalangan tua. Karena itu, dalam Musyawarah Cabang Al-Irsyad kota Bogor pada 12 Agustus 1950, al-Ustadz Ja'far bin Umar Balfas sudah dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai wakil sekretaris dalam periode kepemimpinan gurunya al-Ustadz Umar bin Sulaiman Nadji dan semenjak itulah, alumni madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah kota Bogor angkatan 1933-1946 ini, mulai berkecimpung secara langsung dan memainkan peranan pentingnya di Perhimpunan Al-Irsyad dengan berbagai jabatan strategis yang telah dimanahkan kepadanya.
Dalam Musyawarah Cabang berikutnya, yang berlangsung pada tanggal 25 September tahun 1955, Ia bahkan telah didaulat menjadi wakil ketua mendampingi ustadz Umar bin Sulaiman Nadji yang terpilih kembali secara aklamasi. Posisi itu pun tidak pernah berubah dan kembali dipercayakan kepadanya untuk mendampingi Sayyid Abud bin Azzan Abdat yang terpilih dalam Musyawarah cabang pada 1 oktober 1958.
Dalam periode ini, sebagai seorang organisatoris dengan pengalamannya yang segudang, bersama dengan Allahyarham ustadz Hamid Al-Anshari, kedua tokoh tersebut merupakan pencetus ide dari lahirnya Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah kota Bogor yang resmi terbentuk pada 28 Februari 1958. Lewat akta pertamanya yang dibuat dihadapan Notaris Yohannes Lukas Laurens Wenas, keduanya pun dipandang mumpuni dengan mendudukan mereka menjadi ketua dan sekretaris Yayasan.
Jabatan Ketua dan Sekretaris laksana pasangan yang serasi dan mustahak untuk keduanya. Dwi Tunggal ini bahkan oleh Irsyadien cabang Bogor dimakbulkan kedalam dua instrumen penting Al-Irsyad melalui musyawarah cabang yang berlangsung pada bulan Desember 1965. Ketua terpilih al-Ustadz Ja'far bin Umar Balfas dibersamai oleh Ustadz Hamid Al-Anshari dengan jabatannya sebagai sekretaris.
Dalam waktu yang cukup lama, kedua jabatan strategis tersebut, baik di Yayasan maupun Pimpinan Cabang, kedua posisi itu dipegang dan dikendalikan oleh kedua tokoh penting ini, sebagai kader-kader terbaik yang pernah dimiliki oleh Al-Irsyad Bogor.
Sebagai cabang Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang sudah terbentuk sejak 15 Agustus 1928, kepemimpinan al-Ustadz Ja'far bin Umar Balfas sebagai ketua cabang saat itu, merupakan jabatan terlama yang pernah ada dalam sepanjang sejarah Al-Irsyad kota Bogor. Lebih dari dua periode, 1965 - 1977, beliau memegang tampuk kepemimpinan Al-Irsyad cabang Bogor selama dua belas tahun.
Kepercayaan dan amanah yang telah diberikan oleh Irsyadien, tidak terlepas akan adanya dorongan yang kuat dari Pengurus Besar Al-Irsyad di Jakarta, setelah melihat kriteria yang dipandang mumpuni untuk dapat menyelenggarakan event organisasi berskala nasional. Karena sejak 8 bulan seiak pengangkatannya, Al-Irsyad cabang Bogor untuk kali pertamanya telah resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Muktamar ke-29.
Muktamar ke-29 yang terkenal dengan Muktamar Cibogo tahun 1966, menjadi saksi dan terujinya kemampuan al-Ustadz Ja'far bin Umar Balfas sebagai ketua cabang, atas keberhasilannya dalam menghantarkan dengan sukses penyelenggaraan perhelatan nasional organisasi. Terlebih saat itu, di tanah air sedang dalam keadaan tidak menentu, akibat situasi politik yang sedang memanas. Dan juga situasi internal organisasi yang tengah menghadapi berbagai persoalan krusialnya.
Sejarah Indonesia (1965–1966) adalah masa Transisi ke Orde Baru, masa di mana pergolakan politik tengah terjadi di Indonesia di tahun 1960-an, dimana kesulitan ekonomi rakyat dan provokasi yang datang secara bertubi tubi. Pasca pergolakan menghadapi rongrongan dan ancaman pemberontakan Partai Komunis Indonesia.
MUKTAMAR KE-29 dilangsungkan sejak tanggal 12 s.d 16 September 1966 dengan mengambil tempat di sebuah Pesanggrahan yang berada dalam kawasan Cibogo, Puncak. Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad hadir menyokong pelaksanaan Muktamar, tapi tidak ikut bersidang untuk MUBES. Badan otonom yang turut serta melaksanakan mubesnya adalah PB Wanita dan Pelajar. Wanita Al-Irsyad bermusyawarah menggunakan Wisma BPU di Jalan Merdeka Bogor.
Selama dalam masa jabatannya sebagai Ketua Yayasan yang juga sebagai Ketua Pimpinan Cabang atau yang pada masa itu masih dikenal dengan istilah Dewan Pimpinan Cabang atau DPC, al Ustadz Ja’far bin Umar Balfas merupakan salah seorang inisiator dan pelopor berdirinya SMP Al-Irsyad Al-Islamiyyah kota Bogor, bersama-sama dengan tokoh lainnya, seperti al Ustadz Hamid Hasan Al Anshory (alm), Ja’far Abdurrab Thalib (alm) dan Ali Salim Askar (alm) pada tanggal 1 Desember 1966.
Demikian pula dengan pembentukan SMA Al-Irsyad yang pernah ada, merupakan salah satu hasil dari buah fikiran beliau bersama sama dengan tokoh diatas pada tahun 1970. Kontribusi lainnya yang juga terbilang penting adalah, dibidaninya pendirian Balai Pengobatan Umum Al-Irsyad Al-Islamiyyah pada 16 September 1980.
Keberadaan Balai Pengobatan Umum Al-Irsyad yang pendiriannya berkat jasa dari tokoh-tokoh lainnya, terutama al-Ustadz Hamid Al-Al-Anshari dan Dr. Aziz AH, saat itu telah menjadi pusat kegiatan pelayanan bagi kesehatan masyarakat, yang manfaatnya dirasakan sangat besar oleh warga masyarakat. Lebih dari ratusan orang dari berbagai kalangan, mendapatakan pengobatan setiap harinya. Tidak sedikit para tenaga medisnya yang dikemudian hari, kelak menjadi dokter-dokter ternama di kota Bogor dan ada diantaranya yang menduduki jabatan sebagai Kepala Dinas Kesehatan.
Ustadz Ja'far bersama ustadz Siddik Surkati
Disela kunjungannya saat menghadiri Muktamar Al-Irsyad di Pekalongan tahun 1974
Sebagai salah seorang tokoh penting di Al-Irsyad cabang Bogor, berbagai kegiatan Al-Irsyad ditingkat nasional-pun tak pernah absent beliau ikuti. Sejak penyelenggaraan Muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah tahun 1940 yang berlangsung di kota Pekalongan, beliau hadir dan selalu diikutinya secara aktiv dari muktamar muktamar berikutnya. Baik sebagai peserta penuh maupun peninjau. Dan telah banyak memberikan ide dan gagasanya sampai pada penyelenggaraan Muktamar ke 37 di Kota Bandung dan Muktamar ke 38 yang berlangsung di Cibubur, Jakarta.
Pada Muktamar ke 37 yang berlangsung di Gedung PUSDAI Bandung, beliau hadir dan diberikan kehormatan untuk menutup secara resmi jalannya acara Mukatamar. Dan pada Muktamar ke 38 yang berlangsung di Cibubur Jakarta, beliau sebagai salah seorang yang dipandang tokoh dalam Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah, juga mendapatkan sebuah kehormatan untuk memberikan sambutan dan pengarahan dihadapan muktamirin.
Ustadz Ja'far bersama penulis dalam pembukaan Muktamar ke-38 Al-Irsyad
Al-Islamiyyah di Cibubur
Dalam struktur organisasi untuk ditingkat pusat, al-ustadz Ja'far bin Umar Balfas, pernah beberapa periode diangkat sebagai mustasyar, penasehat Al-Irsyad di tingkat nasional.
Ustadz Ja'far Balfas
bersama jamaah Masjid At-Taqwa - Pekojan
Meskipun beliau sebagai tokoh penting di Al-Irsyad, profesinya sebagai seorang dai tetap dilakoninya, terutama sejak tahun 1977 pada masa jabatannya sebagai Ketua Lajnah Da’wah Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Berbagai kegiatan Da’wah telah dijalaninya, baik sebagai Imam dan khatib tetap, maupun menjadi pemari majelis-majelis ta'lim untuk kaum pria dan wanita, terutama yang dipusatkan di Masjid milik Al-Irsyad, masjid At Taqwa.
Penyelenggaraan Shalat Jum’at di Masjid At Taqwa, merupakan salah satu dari keberaniannya yang pernah beliau wujudkan, karena banyaknya pro dan kontra yang ditimbulkan, terutama dari kalangan tua yang menentang penyelenggaraan jumatan selain di Masjid Agung. Tentu saja, ide penyelenggaraan sholat Jum'at secara tersendiri ini, baginya adalah untuk meluruskan pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan tuntunan ibadah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah S.A.W.
Aktivitas beliau dalam pergerakan da’wah menjadikannya salah seorang tokoh pentolan Al-Irsyad yang di hormati di Kota Bogor. Berbagai jabatan penting baik dalam kegiatan da’wah lewat politik pernah dilakoninya, dan terlibat secara aktiv melalui wadah partai politik Islam Masyumi dan PARMUSI di Kota Bogor.
Juga pernah menjadi salah seorang Ketua dan Penasehat MUI Kota Bogor. Khatib dan mengisi ceramah secara rutin di Masjid Agung Pasar Anyar Bogor, yang pendirian dan pembangunannya ikut dirintisnya bersama ulama-ulama terkemuka kota Bogor. Dan secara aktiv beliau sering menjadi khatib tetap di Masjid yang berada dilingkungan pemerintah, termasuk di Masjid At-Taqwa yang berada di Balaikota Bogor.
Sebagai seorang tokoh besar di Al-Irsyad yang berhak mendapatkan gelar sebagai Irsyadi 24 Karat ini, kita pantas memanjatkan doa untuk semua amal ibadah yang telah beliau tanamkan bagi generasi Al-Irsyad dimasa kini dan dimasa-masa yang akan datang. Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian kata pepatah. Pepatah tersebut tercermin dalam diri seorang Irsyadi seperti al Ustadz Ja’far bin Umar Balfas Allahyarhamuh, karena pengalamannya yang cukup matang dan berkesan, mau tidak mau, kita akan mengaguminya dan kitapun patut menjadikannya sebagai suri tauladan.
Tokoh Irsyadi yang selalu berseloroh dengan ucapannya; “Ana tidak pernah merasa tua kalau untuk Al-Irsyad”, wafat di Bogor dan dimakamkan pada hari dan di tanggal yang sama, pemakaman wakaf - Los Lolongok Bogor, 23 Mei 2014.
Putera Allahyarham Umar bin Muhammad Balfas dan Allahyarhamha Syaikhah Balgohom ini, dari pernikahannya dengan Sjifa Hussein Bajri telah dikaruniai 16 orang putera dan puteri. Mereka adalah Syarif, Amir, Abdul Aziz, Muhammad, Fauziah, Rodiah, Jamal, Jamilah, Helwah, Umar, No’man, Sofiah, Cholidah, Husen, Fauzi dan Zakiah.
Ir. Jamal Balfas, salah seorang puteranya yang saat ini sebagai Ketua (Plt) Pimpinan Cabang Al-Irsyad Al-Islamiyyah kota Bogor, sebelumnya aktiv di berbagai posisi penting lainnya, termasuk dalam struktur Yayasan Al-Irsyad Bogor hingga sekarang, merupakan putera Allahyarhamuh yang meneruskan perjuangan ayahandanya di Al-Irsyad.Demikian pula jejak itu diikuti oleh kemenakan kandungnya, ustadz Hamid Balfas, putera saudara kandungnya Allahyarhamuh Abdullah bin Umar Balfas.
al-Ustadz Hamid Balfas yang akrab menyapa pamannya, ustadz Ja'far bin Umar Balfas, dengan panggilan "Ami Apang", merupakan aktivis dakwah Al-Irsyad yang pernah dua periode memimpin wilayah Al-Irsyad di Jawa Barat dan mantan ketua Pimpinan Cabang Al-Irsyad Al-Islamiyyah kota Bandung.
al-Ustadz Ja'far Balfas bersama penulis
Posting Komentar untuk "Ustadz Ja'far Balfas, tokoh dibalik lahirnya organ penting di Al-Irsyad cabang Bogor"
Posting Komentar