Menapaki Jejak Bung Hatta: Semangat Kesederhanaan dan Pengabdian Tanpa Batas


Sabtu, 16 November 2024, menjadi hari bersejarah bagi para peserta Jalan Pagi Sejarah (JAPAS). Dipandu oleh Om Pinot—sosok yang penuh semangat dalam mengenalkan sejarah kepada komunitas sejarah. Rombongan menyusuri jejak Sang Proklamator dan tiba di sebuah tempat yang begitu istimewa, rumah Mohammad Hatta di Jalan Diponegoro 57, Jakarta Pusat. Bukan sekadar bangunan tua, rumah ini adalah monumen hidup, menyimpan denyut kesederhanaan dan ketulusan pengabdian seorang tokoh bangsa.

Saat melangkahkan kaki ke dalam rumah itu, aura kesederhanaan langsung terasa. Di sinilah Bung Hatta menjalani hari-harinya sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Tidak ada kemewahan mencolok. Justru, ribuan buku yang tertata rapi menjadi saksi nyata kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Setiap buku mencerminkan keluasan wawasan Hatta yang tidak hanya menjangkau ekonomi, hukum, dan politik, tetapi juga demokrasi, sosial, dan agama.

Namun, kesederhanaan rumah ini tidak mengurangi nilainya sebagai saksi perjalanan sejarah. Di dinding-dindingnya, terpajang karya seni rupa Indonesia yang menambah pesona, meski kondisi fisiknya kini memerlukan perhatian serius. Bahkan perpustakaan pribadi Bung Hatta, yang menyimpan buku-buku berharga berusia lebih dari seabad, tampak mulai kehilangan kejayaannya.

Di balik kesederhanaan rumah ini, tersimpan kisah besar seorang manusia yang mendedikasikan hidupnya untuk kemerdekaan dan rakyat Indonesia. Hingga akhir hayatnya, Bung Hatta memilih tetap bersama rakyat, termasuk dalam peristirahatan terakhirnya di pemakaman umum, menolak haknya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional.









Kunjungan JAPAS kali ini adalah pengalaman yang sangat langka. Peserta disambut hangat oleh Ibu Halida Hatta, putri Bung Hatta, yang dengan penuh keramahan membuka pintu rumah ini untuk para pecinta sejarah. Tidak hanya itu, beliau juga menyuguhkan aneka jajanan tradisional yang menghadirkan nostalgia dan kebersamaan khas Indonesia.

Namun, yang paling menggetarkan hati adalah ketika Ibu Halida berbagi cerita tentang sang ayah. Setiap kata yang terucap penuh dengan nilai-nilai kebijaksanaan, seolah Bung Hatta sendiri hadir di ruangan itu. Dan ketika jemarinya menari di atas tuts piano, suasana menjadi syahdu—melodi yang mengalun seakan menghidupkan kembali semangat perjuangan dan pengabdian Bung Hatta.

Bung Hatta bukan hanya Proklamator Kemerdekaan, tetapi juga Bapak Koperasi Indonesia, seorang pemikir, dan negarawan sejati. Kesederhanaannya tidak hanya tampak dalam cara ia menjalani hidup, tetapi juga dalam cara ia membimbing keluarganya. Ia memilih membesarkan anak-anaknya jauh dari dunia politik dan gemerlap kekuasaan, mengajarkan bahwa integritas lebih penting daripada ambisi pribadi.

Tulisan-tulisan Bung Hatta, baik dalam bentuk artikel maupun buku, menjadi warisan abadi yang tak ternilai harganya. Dalam setiap katanya, kita menemukan kebijaksanaan, visi, dan pandangan yang melampaui zamannya. Bung Hatta mengajarkan bahwa perjuangan tidak hanya ada di medan tempur, tetapi juga dalam membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan berpengetahuan.

Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menapaktilasi jejak Bung Hatta hingga ke dalam rumahnya, apalagi bertemu langsung dengan salah satu putrinya. Hal ini terwujud berkat dedikasi Ibu Gres, seorang sejarawan yang mengoordinasikan kunjungan kali ini dengan penuh semangat. Dukungan beliau memungkinkan peserta JAPAS merasakan pengalaman yang begitu menginspirasi dan membekas di hati.

JAPAS, di bawah asuhan Om Pinot, kembali membuktikan bahwa sejarah bukanlah sekadar pelajaran di buku. Sejarah adalah napas yang menghidupkan jiwa, menghadirkan hikmah, dan membangun rasa cinta tanah air. Melalui langkah-langkah kecil menyusuri jejak para pahlawan, JAPAS mengingatkan kita bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.

Semangat Bung Hatta untuk Masa Depan

Rumah Bung Hatta di Jalan Diponegoro adalah lebih dari sekadar bangunan. Ia adalah simbol semangat seorang tokoh yang menjadikan kesederhanaan sebagai kekuatan dan pengabdian sebagai panggilan hidup. Semoga kunjungan seperti ini menjadi pengingat akan nilai-nilai luhur yang harus terus kita jaga.

Dan yang terpenting, semoga perhatian untuk merawat rumah bersejarah ini dapat terwujud, agar generasi mendatang tetap dapat merasakan kehadiran Bung Hatta—tokoh sederhana dengan jiwa besar, yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemerdekaan, ilmu pengetahuan, dan rakyat Indonesia.

Bogor, 17 November 2024

Abdullah Abubakar Batarfie

Posting Komentar untuk "Menapaki Jejak Bung Hatta: Semangat Kesederhanaan dan Pengabdian Tanpa Batas"