Selamat Jalan Bang Helmy

 

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Langit seakan merunduk muram pada hari itu, Selasa 25 November 2024, ketika kabar duka datang mengetuk relung hati. Helmy Surkati, putra tercinta dari Ustadz Siddiq Surkati yang oleh Alm Hussein Badjerei dijuluki sebagai "Pushing Power Al-Irsyad".

Salah seorang dari putera tokoh besar Al-Irsyad itu kini telah berpulang ke rahmatullah. Kepergiannya meninggalkan ruang kosong yang tak tergantikan, baik di hati keluarga besar Al-Irsyad maupun bagi mereka yang pernah merasakan kehangatan dan kerendahan hati sosoknya.

Beberapa hari sebelum almarhum wafat, saya masih sempat berbincang dengannya melalui telepon. Suaranya yang hangat dan penuh semangat masih terngiang jelas di telinga saya. Saat itu, kami membahas masa depan literasi Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad (Pusdok), sebuah cita-cita besar yang ia dambakan untuk terus berkembang sebagai pusat pembelajaran sejarah Al-Irsyad. Dalam percakapan itu, almarhum juga mengungkapkan rasa bahagianya atas dua buku penting yang baru saja diluncurkan pada awal November 2024.

Pertama, peluncuran buku komik Syaikh Ahmad Surkati: Ulama Pejuang Kesetaraan Manusia pada 2 November di Perpustakaan Nasional, yang disambut meriah oleh berbagai kalangan, termasuk siswa, guru, dan para pecinta sejarah. Kedua, peluncuran novel Tapak Mualim karya Ady Amar sehari setelahnya, yang juga menjadi sorotan bagi komunitas literasi dan sejarah. Dengan nada tulus, almarhum menyatakan penyesalannya karena tidak dapat hadir di kedua acara penting tersebut, namun ia merasa terwakili oleh kehadiran istrinya serta saudara-saudaranya, Mustofa dan Hani, yang turut hadir dalam peluncuran tersebut.

Saya juga menangkap rasa bangga yang mendalam ketika ia menceritakan betapa almarhum sangat mengapresiasi kedua buku itu. Almarhum bahkan membeli kedua buku tersebut dalam jumlah yang cukup banyak, mungkin sebagai caranya mendukung upaya literasi dan sejarah yang ia cintai. Semangatnya untuk memperjuangkan literasi ini menjadi salah satu jejak yang paling kuat melekat di ingatan saya.

Selasa, 26 November 2024, pukul sepuluh pagi, jenazah almarhum dikebumikan di TPU Karet Bivak, Tanah Abang. Namun sebelum itu, suasana duka begitu nyata terasa di rumah bersejarah di Jalan KH Hasyim Asy'ari No. 25-27, tempat almarhum tinggal hingga akhir hayatnya. Rumah itu menyimpan jejak sejarah yang mendalam, dahulu menjadi kediaman Syaikh Ahmad Surkati dan Ustadz Siddiq Surkati, kini menjadi saksi bisu kepergian salah satu penerus mereka.

Pagi itu, halaman rumah penuh sesak oleh keluarga, kerabat, dan sahabat yang datang melayat. Siswa-siswa SMK Al-Irsyad yang dibina oleh almarhum berbaris rapi di sepanjang jalan, memberikan penghormatan terakhir. Mereka, dengan mata berkaca-kaca, melepas sosok yang telah memberikan begitu banyak ilmu dan inspirasi. Tidak hanya mereka, tokoh-tokoh penting juga turut hadir, termasuk Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, yang menyempatkan diri untuk memberikan penghormatan.

Helmy Siddiq Surkati, yang lahir di Jakarta pada 16 Juni 1954, bukan hanya seorang penerus keluarga besar Surkati, tetapi juga seorang pendidik sejati. Beliau mendedikasikan hidupnya untuk mengelola sekolah Al-Irsyad dengan penuh keikhlasan dan komitmen yang mendalam. Di bawah pengelolaannya, SMK Al-Irsyad menjadi tempat pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur perjuangan Al-Irsyad. Semangatnya untuk memajukan sekolah ini terasa dalam setiap langkahnya, dari interaksi hangat dengan para siswa hingga usahanya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk kemajuan pendidikan.


Saya pribadi memiliki kesan mendalam terhadap almarhum. Sosoknya yang hangat dan rendah hati begitu akrab di hati saya. Ia bukan hanya seorang sahabat, tetapi juga seperti kakak yang selalu mendukung setiap inisiatif saya, terutama dalam melibatkan komunitas sejarah untuk menapak tilas jejak Surkati. Rumahnya selalu terbuka untuk diskusi panjang tentang sejarah, perjuangan, dan impian masa depan Al-Irsyad. Sambutannya yang ramah, senyumannya yang tulus, serta pembawaannya yang sederhana membuat setiap pertemuan dengannya menjadi momen yang berarti.



Bersama Alm Geys Amar

Kini, rumah bersejarah itu terasa sunyi tanpa kehadiran almarhum. Namun, warisan yang ia tinggalkan adalah semangat untuk menjaga sejarah, mendidik generasi muda, dan merawat hubungan emosional dengan nilai-nilai perjuangan Al-Irsyad akan terus hidup dalam hati kami.

Iring-iringan jenazah yang membawa almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir menjadi momen yang sangat menggetarkan hati. Langkah-langkah penuh duka, doa-doa yang mengalun lirih, dan linangan air mata dari mereka yang kehilangan menjadi saksi atas betapa besar cinta dan hormat yang diberikan kepada sosok almarhum Helmy Siddik Surkati, yang selalu akrab saya sapa "Bang Helmy".



Selamat jalan, Bang Helmy. Jejakmu akan tetap kami kenang, perjuanganmu akan kami lanjutkan, dan kebaikanmu akan terus menginspirasi kami. Semoga Allah SWT melapangkan alam kuburmu, mengampuni segala khilafmu, dan menerima segala amal baikmu. Doa kami selalu menyertaimu. 

Gang Solang, Jakarta, 26 November 2024

Abdullah Abubakar Batarfie

Posting Komentar untuk "Selamat Jalan Bang Helmy"