Dedi Mulyadi, Islam, dan Jati Diri Sunda: Harmoni yang Tak Terpisahkan
Terpilihnya Dedi Mulyadi atau akrab disapa Kang Dedi Mulyadi, atau disingkat KDM sebagai Gubernur Jawa Barat dengan perolehan suara 60% dalam pilkada langsung, mencatat sejarah baru dalam perjalanan demokrasi provinsi ini. Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinannya tidak terlepas dari visi besar yang ia tawarkan: mengembalikan jati diri Sunda, yang selaras dengan nilai-nilai syariat Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Islam dan Peradaban Sunda: Kesatuan yang Sempurna
Islam telah hadir di Jawa Barat sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, memperkaya dan menyempurnakan peradaban Sunda. Para pendakwah Islam di tanah Sunda sejak awal memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ajaran Islam menjadi fondasi yang memperkokoh kehidupan masyarakat.
Haji Purwa, putera Raja Bunisora dari kerajaan Galuh, tercatat dalam sejarah sebagai orang sunda pertama yang memeluk Islam dan juga figur pertama yang memperkenalkan Islam di Jawa Barat. Jejaknya itu kemudian diteruskan Sunan Gunung Jati, cucu Prabu Siliwangi, yang dengan bijak mempertemukan tradisi Sunda dengan Islam, sehingga melahirkan harmoni yang indah.
Dengan proses akulturasi ini, Islam tidak hanya diterima, tetapi juga menjadi identitas yang tidak terpisahkan dari masyarakat Sunda, "Sunda adalah Islam, Islam adalah Sunda". Keduanya menyatu dalam peradaban yang mengedepankan keseimbangan antara spiritualitas dan kearifan lokal.
Memperteguh Aqidah sebagai Sunda Muslim
Namun, tantangan zaman sering kali menggerus akar identitas ini. Karena itu kita harapkan KDM mampu mengingatkan kembali, bahwa sebagai Sunda Muslim, masyarakat Jawa Barat harus memegang teguh aqidah Islam sebagai prioritas utama. Aqidah ini tidak hanya berfungsi sebagai pegangan pribadi, tetapi juga sebagai landasan untuk membangun kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik dengan menyeleraskannya bersama budaya lokal, bersama jati diri sunda sebagai sebuah peradaban.
KDM dianggap sangat memahami bahwa nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin tidak bertentangan dengan falsafah Sunda, melainkan memperkuatnya. Ia kerap menyuarakan pentingnya menghidupkan kembali tradisi Sunda yang selaras dengan ajaran Islam, seperti menjaga keseimbangan alam, mengedepankan kesejahteraan umat, dan mempraktikkan kehidupan yang penuh kearifan. Baginya, Islam bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga nilai-nilai universal yang membimbing setiap aspek kehidupan.
Menghadapi Tudingan Miring
Meski demikian, perjalanan KDM menuju puncak kepemimpinannya, tidak lepas dari kritik dan tuduhan. Beberapa pihak menudingnya jauh dari Islam, bahkan menuduhnya musyrik. Tuduhan ini jelas bertolak belakang dengan kenyataan. Selama bertahun-tahun saya mengamati kiprahnya secara langsung. Ia adalah sosok yang aktif menyantuni anak yatim dan anak-anak dhuafa, memasukkan mereka ke pesantren, dan mengajari mereka membaca Al-Qur'an. Ia juga bercita-cita agar masyarakat Muslim Jawa Barat mampu membaca dan memahami Al-Qur'an dengan baik, serta mengamalkan ajaran Islam secara utuh dalam kehidupan sehari-hari.
KDM bukan hanya seorang pemimpin administratif, tetapi juga seorang pendidik masyarakat yang berusaha mengembalikan Islam sebagai poros utama kehidupan Sunda. Upayanya mencerminkan komitmen untuk menjadikan Islam lebih dari sekadar simbol, tetapi sebagai esensi kehidupan yang menyatu dengan identitas budaya.
Visi Sunda-Islami untuk Jawa Barat
Sebagai gubernur, Dedi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dalam menciptakan pembangunan yang berlandaskan jati diri Sunda-Islami. Ia menekankan pentingnya pengelolaan tata ruang, sistem kesehatan, dan energi yang berakar pada nilai-nilai lokal yang selaras dengan Islam. Pembangunan seperti ini tidak hanya akan memberikan manfaat material, tetapi juga memperkuat spiritualitas dan budaya masyarakat.
Dalam pandangannya, pembangunan Jawa Barat harus melibatkan nilai-nilai keislaman yang luhur sekaligus menghidupkan kembali falsafah Sunda. Ia percaya bahwa keduanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan harmoni ini, masyarakat Sunda Muslim akan mampu menjaga tradisi sekaligus maju dalam peradaban modern.
Sinergi Islam dan Sunda: Tugas Bersama
Tugas kita bersama, khususnya para ulama, intelektual, dan tokoh masyarakat, adalah memastikan bahwa nilai-nilai Islam dan kearifan Sunda terus berjalan seiring. Sinergi ini menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang tidak hanya religius, tetapi juga berkarakter kuat, berakar pada sejarah, budaya, dan agama.
KDM telah membuka jalan ini melalui kebijakan dan visinya. Karena itu, tugas kita adalah mengawal dan memperkuat langkah-langkahnya. Dengan menjadikan Islam sebagai landasan utama yang memperkaya peradaban Sunda, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik untuk Jawa Barat dan masyarakatnya. Bekerja bersama KDM membangkitkan kembali kejayaan dan jati Sunda dengan nilai-nilai spiritual yang agamis dengan tulus dan ikhlas, dan tidak fanatik buta.
Bogor, 5 Desember 2024
Abdullah Abubakar Batarfie
Posting Komentar untuk "Dedi Mulyadi, Islam, dan Jati Diri Sunda: Harmoni yang Tak Terpisahkan"
Posting Komentar