Badak Putih di Balkon Korem 061: Jejak Sejarah di Tjiwaringin
Di tengah hiruk-pikuk Kota Bogor, ada satu sosok yang diam tak bergerak, namun tetap menarik perhatian: patung badak putih yang bertengger di atas balkon Gedung Korem 061/Suryakancana. Siapa pun yang melintas di Jalan Merdeka, (dahulu dikenal sebagai Tjikeumeuh Weg pada masa Hindia Belanda), akan sulit mengabaikannya. Bangunan ini memang memiliki pesona tersendiri. Halamannya luas, arsitekturnya megah, dan nuansa kunonya masih terasa kuat.
Di fasadnya, masih tertulis jelas dalam bahasa Belanda Hoogere Burgerschool Met S.J. Cursus di sisi kanan dan Not: H.J. De Graaf-Stichting di sisi kiri
Tulisan ini menjadi petunjuk bahwa gedung ini pernah menjadi sekolah menengah atas bagi kaum Eropa di masa kolonial. Kini, bangunan tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kota Bogor.
Jalan Pagi Sejarah (JAPAS), yang dipandu oleh Om Johnny Pinot, menjadikan gedung ini sebagai salah satu titik kunjungan dalam perjalanan bertajuk "Mapay Sejarah di Tjiwaringin". Gedung ini menyimpan banyak kisah, dari penelitian tanaman karet, sekolah, rumah dinas, kantor pemerintahan, hingga akhirnya menjadi markas militer.
Dari Penelitian Karet hingga Hogere Burger School
Tidak ada catatan pasti kapan gedung ini dibangun, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa bangunan ini sudah berdiri sejak awal abad ke-20. Pada tahun 1930, gedung ini digunakan sebagai Gedung Penelitian Tanaman Karet, mencerminkan pentingnya Bogor sebagai pusat penelitian pertanian di masa itu.
Namun, fungsi ini berubah pada 1940-1942, ketika gedung ini diubah menjadi Hogere Burger School (HBS). HBS adalah sekolah menengah atas bagi anak-anak Eropa dan pribumi elite, setingkat dengan SMP-SMA tetapi dengan sistem pendidikan lima tahun.
Masa pendidikan ini tidak berlangsung lama. Saat Jepang menduduki Indonesia, sekolah ini ditutup dan dialihfungsikan menjadi rumah dinas Shecokang, yaitu Residen Bogor, yang dalam pemerintahan Jepang disebut sebagai Bogor Syuu.
Dari Burgemeester hingga Walikota
Selepas Jepang hengkang, nasib gedung ini sempat tidak terdokumentasi dengan jelas. Namun, pada tahun 1950 hingga 1971, bangunan ini digunakan sebagai Kantor Pemerintah Kota Bogor, dipimpin oleh beberapa walikota.
A. Bagchus
Sebelum pendudukan Jepang, pemimpin Kota Bogor disebut dengan istilah Burgemeester, dan pemerintahannya bernama Stadsgemeente. Burgemeester pertama yang tercatat dalam sejarah seperti ditulis pada wikipedia adalah A. Bagchus yang menduduki jabatan itu dari tahun 1920 sampai dengan 1927. Tapi dari sumber lain ada yang menulis kalau kota Bogor sudah ditetapkan sebagai Stadsgemeente dan lepas dari Batavia sejak tahun 1905, karena itu menjadikan Bogor sebagai salah satu kota otonom tertua di Indonesia, bahkan lebih tua dari Bandung.
Pada masa pendudukan Jepang, jabatan Walikota Bogor dipegang oleh Mr. dr. R. Ng. Soebroto dari 1941 hingga 1945. Kemungkinan besar, ia telah menjabat sejak akhir kekuasaan Belanda, mengingat Jepang baru masuk ke Indonesia pada 1942.
Di bawah pemerintahan Jepang, istilah Burgemeester diganti menjadi Sico, sementara pemerintahan kota disebut Si. Soebroto tetap memimpin hingga 1945, sebelum digantikan oleh R. Odang Prawiradipraja sebagai walikota pertama di era kemerdekaan.
R. Odang Prawiradipraja menjabat sebagai Walikota Bogor hanya satu tahun saja, hingga 1946, dan selanjutnya diteruskan oleh M. Witjaksono Wirjodihardjo (1947-1948). Namun, pada masa Agresi Militer Belanda II, Bogor kembali dipimpin oleh seorang Belanda, J.J. Penoch, yang menjabat hingga 1950.
Setelahnya, enam walikota berturut-turut berkantor di gedung ini hingga akhirnya, di era Achmad Syam (1965-1979), kantor walikota dipindahkan ke Balaikota yang kini berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 10.
Daftar Walikota yang pernah berkantor di Gedung eks Hogere Burger School (Korem 061):
- R. Djoekardi (1950-1952)
- R.S.A Kartadjoemena (1952-1956)
- Pramono Notosudiro (1956-1960)
- R. Abdul Rachman (1960-1961)
- Achmad Adnawidjaja (1961-1965)
- Achmad Syam (1965-1979)
Dari Balaikota ke Korem 061: Tukar Guling Sejarah
Pada tahun 1971, kantor pemerintahan Kota Bogor berpindah ke Balaikota yang sekarang berada di Jl. Ir. H. Juanda No.10, yang sebelumnya adalah markas militer. Sebagai gantinya, gedung di Jalan Merdeka No.64 yang pernah menjadi Hogere Burger School dan kantor pemerintahan diubah menjadi Markas Korem 061/Suryakancana.
Uniknya, patung Badak Putih, simbol Korem, sempat bertahan di halaman Balaikota hingga tahun 1990-an sebelum akhirnya dipindahkan ke Korem 061. Patung tersebut bahkan telah dua kali berpindah lokasi sebelum akhirnya bertengger di atas balkon, menjadi salah satu ikon tersembunyi yang menarik perhatian.
Letnan Infanteri AntoMenurut Letnan Infanteri Anto, yang menjadi pemandu JAPAS, terdapat empat patung Badak Putih di sekitar gedung ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah yang berada di balkon depan.
JAPAS dan Upaya Edukasi Sejarah
Gedung Korem 061 adalah saksi bisu perjalanan Kota Bogor. Dari masa kolonial hingga kemerdekaan, dari pusat penelitian hingga kantor pemerintahan, setiap sudut bangunan ini memiliki kisahnya sendiri.
Jalan Pagi Sejarah (JAPAS) berperan penting dalam menghidupkan kembali sejarah yang nyaris terlupakan. Menelusuri jejak masa lalu bukan sekadar mengenang, tetapi juga memahami bagaimana sejarah membentuk kota dan kehidupan kita saat ini.
Semoga dengan semakin banyaknya orang yang peduli, bangunan-bangunan bersejarah seperti ini tetap terjaga dan dapat terus menjadi sumber pengetahuan bagi generasi mendatang.
"Perjalanan sejarah di Tjiwaringin belum selesai. Kisah berikutnya akan membawa kita menelusuri jejak rumah-rumah peninggalan kolonial dan sosok yang pernah menghuninya. Nantikan cerita selanjutnya!"
Bogor, 14 Febuari 2025
Abdullah Abubakar Batarfie
Posting Komentar untuk "Badak Putih di Balkon Korem 061: Jejak Sejarah di Tjiwaringin"
Posting Komentar