Sejarah yang Hidup dalam Langkah: Perayaan Satu Tahun JAPAS di Buitenzorg
Pagi di Bogor, 25 Februari 2025, udara masih terasa dingin saat puluhan peserta berkumpul untuk mengikuti perjalanan spesial Jalan Pagi Sejarah (JAPAS). Namun, hari ini bukan sekadar walking tour biasa. Ada semangat berbeda yang mengalir dalam setiap langkah, kini JAPAS genap berusia satu tahun. Apa yang dimulai sebagai inisiatif sederhana kini telah menjelma menjadi komunitas yang erat, penuh semangat, dan semakin menghidupkan kembali jejak sejarah yang nyaris terlupakan.
Kang Johnny Pinot, pendiri sekaligus pemandu utama, membuka perjalanan dengan caranya yang khas, hangat, santai, dan penuh kejutan. Khusus untuk satu tahun Japas, tidak ada iuran yang ditentukan, semua bersifat sukarela. Jika biasanya hadiah hanya diberikan kepada pemenang kuis, kali ini setiap peserta boleh memilih sendiri hadiah yang diinginkan. Kaos terbaru JAPAS, tas, pin, hingga mug berlogo JAPAS tersedia untuk semua, tanpa terkecuali. Pin edisi spesial yang dirancang khusus untuk ulang tahun JAPAS pun menjadi kenang-kenangan berharga bagi para peserta yang hadir.
Di sepanjang perjalanan menelusuri jejak Raden Saleh di Buitenzorg, Kang Johnny berbagi cerita tentang bagaimana ia memulai walking tour ini. Meski namanya telah dikenal luas melalui kontennya yang membumikan sejarah, ia mengaku sempat kesulitan berbicara di depan banyak orang karena sifatnya yang introvert. Bahkan, peserta awal JAPAS pernah menganggap cara pemanduannya “garing.” Namun, hari ini kesan itu telah berubah total. Johnny Pinot bukan hanya sekadar pemandu, tetapi juga pendongeng sejarah yang mampu membawa pesertanya menyelami kehidupan masa lalu dengan cara yang menyenangkan.
Sejak pukul delapan pagi, para peserta berkumpul dan saling memperkenalkan diri. Ada yang baru pertama kali ikut, ada juga yang kembali setelah lama absen. Mereka diajak menelusuri perjalanan hidup Raden Saleh, maestro seni yang pernah bermukim di Bogor. Kisahnya dimulai ketika Caspar Georg Carl Reinwardt membawa Raden Saleh kecil dari Cianjur ke Bogor untuk belajar di bawah bimbingan J.A. Payen. Di dalam kawasan Kebun Raya, Raden Saleh tinggal di loteng kediaman Payen, tempat di mana ia mengasah bakat melukisnya. Salah satu karyanya yang paling awal adalah lukisan kerkhof Belanda. Lukisan pertama yang ia buat dengan teknik cat minyak di atas kanvas.
Peserta juga diajak mengenali sisa-sisa jejak kehidupan Raden Saleh di Bogor, termasuk bekas rumahnya bersama sang istri, Raden Ayu Danuredjo, serta kandang macan yang pernah menjadi bagian dari koleksi pribadinya. Perjalanan itu diakhiri di makamnya yang kini telah menjadi cagar budaya. Di sinilah kejutan lain muncul. Beberapa alumni JAPAS yang tidak ikut trip hari itu tiba-tiba datang membawa kue ulang tahun dan cendera mata istimewa. Salah satu hadiah yang paling berkesan adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan perjalanan JAPAS selama setahun terakhir, foto-foto tempat yang pernah dikunjungi, lengkap dengan ilustrasi angkot khas Bogor dan bus, serta sosok Kang Johnny dalam bentuk kartun.
JAPAS kini bukan sekadar walking tour biasa. Ia telah tumbuh menjadi komunitas yang bukan hanya mengedukasi masyarakat tentang sejarah, tetapi juga menghidupkan kembali tempat-tempat legendaris yang hampir terlupakan. Bahkan, dalam perjalanannya, JAPAS turut membantu menaikkan popularitas usaha kuliner lokal yang nyaris tenggelam. Salah satu contohnya adalah warung kopi legendaris Bah Sipit di Empang, yang tahun ini juga merayakan satu abad keberadaannya sejak pertama kali berdiri pada 1925. Kedai kopi ini terletak di jalan yang kini bernama Jalan Raden Saleh Sjarif Bustaman, sebuah nama yang resmi diberikan oleh pemerintah Kota Bogor pada 2006 untuk menghormati sang maestro. Dulu pada tahun 1880, jalan ini menjadi saksi bisu iring-iringan jenazah Raden Saleh menuju peristirahatan terakhirnya. Empat puluh lima tahun kemudian, 1925 Bah Sipit membuka warung kopinya di sana, dan hingga kini, aroma kopi khasnya masih menjadi bagian dari denyut sejarah kota.
Setahun mungkin bukan waktu yang lama, tetapi JAPAS telah meninggalkan jejak yang dalam. Komunitas ini telah membangun ruang bagi siapa saja yang mencintai sejarah dan budaya, menciptakan pengalaman yang tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga menjalin persahabatan. Harapannya, JAPAS terus berkembang, menjangkau lebih banyak orang, dan semakin menghidupkan kembali cerita-cerita lama yang hampir terlupakan.
Untuk Kang Johnny Pinot, semoga terus menginspirasi dan mewarnai kota Bogor, seperti goresan cat minyak di atas kanvas karya Raden Saleh. Sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita merawatnya di masa kini dan mewariskannya ke masa depan.
Selamat ulang tahun, JAPAS! Semoga terus jaya, melangkah, dan bercerita.
Abdullah Abubakar Batarfie
Posting Komentar untuk "Sejarah yang Hidup dalam Langkah: Perayaan Satu Tahun JAPAS di Buitenzorg"
Posting Komentar